Selasa, 17 Juli 2012

Pesta Pedang

Sungguh beruntung menempati
kamar di lantai tiga ini. Semula aku
sering mengeluh karena lelah naik
tangganya, itu sih enam bulan lalu
semenjak kepindahan kami.
Belakangan aku justru lebih senang
di lantai tiga. Banyak pemandangan
baik dalam arti sesungguhnya
maupun arti khusus. Dari sini aku bisa
memandang sejauh berkilo-kilo
meter, apalagi dari atas atap.
Paling menyenangkan adalah karena
ada beberapa rumah yang orangnya
sering berpose seadanya. Bang Ali
misalnya, duda beranak satu yang
baru cerai sering hanya pakai celana
dalam berjalan-jalan di pekarangan.
Terkadang aku sering berpikir dia
sinting, pernah suatu kali Bang Ali

telanjang lalu onani sambil lari-lari
seperti sedang main kuda-kudaan.
Ada juga kamar mandi keluarga Pak
Harjo yang tanpa atap. Aku bisa
mengamati kebugilan seluruh
keluarga dengan bebas, tapi nggak
suka kalau yang pas mandi Bu Harjo
atau Bi Minem yang sudah tua
(Huueekh!). Aku suka kalau yang pas
mandi Rinto (sekitar 35 tapi belum
nikah) atau si Sugi (30-an juga belum
nikah), gayanya ada saja.
Tapi bukan itu yang kali ini yang ingin
aku ceritakan. Tapi mengenai
bangunan di rumah sebelah.
Sebenarnya bukan bangunan rumah
tapi Rukan dua tingkat. Semenjak
perencanaan pembangunannya aku
sudah mulai merencanakan membeli
teropong untuk memperlancar
pengamatan. Aku namakan proyek
ini adalah proyek mata elang. Aku
yakin sekali kalau di sana akan
dipekerjakan banyak buruh
bangunan yang badannya berotot.
Sekalian aku juga mengamati Rinto
dan Sugi –yang aku hapal di luar
kepala jam mandinya- atau kalau
beruntung Bang Ali sedang mencoba
cara baru.
Kemarin sudah ada beberapa orang
datang untuk mendirikan bedeng
sekalian menutup bagian depan
dengan seng. Namun karena bedeng
belum jadi juga jadi belum ada yang
menginap. Hari ini akan lain.
Kebetulan juga pas sore tadi ada
kuliah sore jadi tidak sempat
mengamati aktivitas mandi hari
pertama, kalau ada.
Hari ini jam tiga aku sudah ada di
kamar atas. Kebetulan di rumah
memang tinggal aku sendiri, abangku
sudah berkeluarga dan orang tuaku
jam 8 malam baru di rumah. Aku
beberapa kali melempar sudut
teropongku ke tempat-tempat baru,
sambil mengawasi target utama
dengan mata telanjang. Kadang aku
mengamati kamar seorang
mahasiswa yang jendelanya terbuka.
Posisinya tepat tapi kamarnya terlalu
gelap, sehingga obyek tidak bisa
tertangkap jelas.
Ini dia! Rupanya buruh bangunan
sudah mulai beres-beres. Nampaknya
sebentar lagi pulang kerja. Tiga orang
buruh berumur di atas 40 tahun
sedang antri untuk menggunakan
ledeng. Sementara dua buruh yang
seumuran aku sedang menyalakan
api dengan menggunakan sisa-sisa
kaso (balok kecil dari kayu), mungkin
mereka akan membuat kopi.
Seluruhnya tujuh orang, entah yang
satu ke mana, mungkin sedang
keluar atau mungkin juga ada di
dalam bedeng.
Satu yang aku suka adalah yang
rambutnya agak panjang dan
dikuncir ke belakang. Badannya
kekar seperti The Rock di WWF, lebih
kecil sedikit. Bisep dan trisepnya
bagus, dadanya juga membentuk.
Perutnya tebal bukan ke samping
tapi di bagian petakannya. Pahanya
juga kencang seperti pemain bola.
Ideal sekali badannya juga warna
kulitnya, hanya saja sayang
wajahnya.. tidak jelek sih, tapi tidak
menarik. Inilah target pertama.
Pintu seng sudah ditutup, orang-orag
tua sudah pulang. The Rock keluar
dari bedeng hanya mengenakan
handuk yang sudah tidak jelas
warnanya. Entah hijau atau kuning
atau abu-abu. Pantatnya tebal
terbalut handuk kencang, tak henti
aku melihat dari ujung rambut
sampai ujung kaki berkali kali. Tak
terasa kontolku berdiri
membayangkan dia bisa kunikmati.
Sementara dua yang lain sibuk
membuat ini itu dan keluar masuk
bedeng berkali kali. Tempat mandi
ada di belakang Bedeng.
Rupanya The Rock sudah mau mandi.
Ini saat yang mendebarkan. Tempat
mandi itu hanya pojokan tempat air
mengalir, tanpa tebeng apapun, jadi
aku bebas mengamati. Setelah
meletakkan perlengkapan mandi
pada tempat yang strategis
dibukannya handuk itu dan
disampirkan di palang terdekat. Wah
aku tidak sabar untuk melihat bagian
depannya. Tanganku mulai mengelus-
elus kontolku yang tambah tegang
saja. Ludahku bercelegukan belihat
badan besar penuh daging itu.
Dilepasnya kuncirnya dan sekarang
mulai dikeramasnya rambutnya itu.
Sejauh ini aku masih belum bisa lihat
seperti apa bentuk kontolnya. Gemas
aku menunggu. Air segar disiramkan
ke tubuh, sungguh beruntung kau air
bisa mengelus tubuh yang ideal. Bisa
mengelus seluruh bagian senti per
senti. Aku kadang membayangkan
kalau aku yang jadi airnya. Semakin
keras saja kukocok kontolku naik
turun, aku merasa hampir sampai
puncak dan kulepaskan supaya aku
masih bisa menikmatinya.
Lalu kedua telapak tangannya
menggosokkan sabun di seluruh
tubuhnya. Setelah semua badan kena
sabun, tidak luput belahan ketat
pantat bulat kencang dan juga
bagian depannya. Tapi kemudian dia
meletakkan sabun dan mulai
menggosok tubuhnya pelan-pelan
seperti pangeran sedang
menggunakan lulur mandi.Tangannya
yang berotot dielus bergantian,
punggungnya, dadanya dan juga
perutnya dan lehernya.
Nah ini dia dia berbalik badan
menghadapku. Tepat. Sempurna
sekali posisinya. Aku bisa melihat
penuh, sayang bagian kontolnya
tertutup banyak sekali sabun jadi
kurang jelas detailnya. Sayang sekali.
Tangannya masih terus menerus
mengelus, sepertinya dia
membayangkan seseorang
mengelusnya seperti itu. Entah dia
membayangkan istrinya atau
pacarnya, yang jelas benda
kehitaman di bawah itu mulai
bergerak dari tempatnya, ya.. dia
ereksi.
Saat tangan kanannya sampai di
bagian kontolnya. Aku juga pegang
kontolku sendiri. Dia meremasnya
sekali, tapi lalu berpindah ke paha
dan selakangan. Lalu bolanya,
sementara tangan kirinya memelintir-
pelintir teteknya sendiri. Tangan
kanan menggosok atau meremas
dua lonceng tergantung. Kontolnya
semakin berdiri saja, dan tangan
kanan itu sekejap saja sudah mulai
maju mundur menggenggam kontol
itu. Hai dia ngocok!
Tersadar tangan kananku juga
mengikuti gerakannya. Ahh.. ahh..
Sungguh nikmat. Tentu saja dia tidak
tahu kalau ada orang yang juga
menikmati permainan itu, matanya
tertutup. Makin lama dia semakin
cepat dan makin cepat. Tanganku
juga, pokoknya seirama dan nafasku
memburu. Sebentar lagi aku keluar
aduh semoga bersamaan. Tapi saat
itu juga The Rock memperlambat
gerakannya. Dinikmatinya kontolnya
pelan-pelan. Kocokanku ikut pelan,
tapi ahh sudah tidak kuat dan croott.
Wah kaosku basah semua terkena
mani di mana-mana. Kukocok lagi
untuk membersihkan supaya keluar
semua.
Byurr.. byurr.. suara air disiramkan.
Wah rupanya The Rock juga sudah
keluar dan sudah terpuaskan.
Sementara itu di ujung kamar mandi
sudah ada satu orang muda
seumuranku sudah menunggu hanya
berbalut handuk. Aku juga tidak
menyadari kehadiran orang itu, tapi
sudah dari tadi sepertinya. Apa si The
Rock ketahuan onani lalu berhenti
lebih cepat? The Rock tanpa
mengeringkan badan dahulu
menutup tubuh yang basah itu
dengan handuk dan berlalu dari
tempat itu.
*****
Kini aku sudah lebih terfokus pada
proyek mata elang. Bang Ali, Sugi
atau Rinto tidak lagi menantang
(kalau dapat kuanggap bonus). Sudah
lima atau enam kali aku main ke
bedeng untuk pendekatan. Mau tahu
siapa sebenarnya The Rock itu?
Namanya Alim, umurnya 32 belum
beristri (tapi pasti pernah kawin!)
tinggi di atas 175 cm berat 70 kg.
Orangnya memang "alim", tidak
berangasan tapi berkesan
bangsawan. Dua orang muda
seumurku yang aku pernah cerita
adalah Nono dan Tri, keduanya juga
masih bujang. Lalu ada Pak Su, aku
kurang suka karena orangnya serius
dan lumayan berumur (jadi agak
cerewet!). Itu semua yang menginap
di bedeng sebelah rumah.
Malam minggu ini aku sudah janji
main kartu dengan mereka lalu
diteruskan acara nonton VCD. Untung
di tempat mereka sudah ada TV
meski hanya 14 inchi. Satu yang
menguntungkan adalah Pak Su
pulang kampung sampai hari Senin
nanti. Sempurna, aku hanya berharap
segala yang kuimpikan bisa
terlaksana malam ini.
Kami main kartu berempat sampai
jam sembilan lewat. Malam minggu
adalah hari bermain bebas bagiku,
bahkan kalau aku tidak pulang pun
orangtuaku tidak khawatir (aku ikut
taekwondo, bulan depan ujian DAN).
Meski aku anak bungsu namun
bukan anak manja. Orang tua juga
memberi kebebasan penuh asal
sepengetahuan mereka. Aku ijin
untuk mengerjakan tugas kuliah.
Tetapi sebenarnya aku berniat
menginap, hanya mereka tidak tahu
kalau aku menginap tepat di sebelah
rumah.
"Udah lah.. yuk kita nonton aja. Gua
kalah mulu nih!" kataku beralasan.
Suntuk juga dari tadi diketawain
melulu. Aku bawa tiga atau empat
filem tentu saja semua filem porno
dari yang bisex sampai gay biar lebih
menjurus. Filem pertama diputar
adalah filem bisex. Aku bersandar ke
dinding, Tri dan No tepat di depan TV,
sedangkan Alim di belakang sendiri.
Posisiku tepat untuk mengamati
semua. Lama yang terdengar hanya
lenguhan-lenguhan sedangkan semua
mata memandang dan sesekali
mencuri gerakan untuk meremas
atau membetulkan kontol kalau
kebetulan tidak ada yang
mengamati. Tapi jangan salah,
konsentrasiku bukan pada filem tapi
justru pada penontonnya, tentu saja
semua tertangkap melalui bulu ekor
mata.
Paling ramai No dan Tri yang saling
mengolok karena mereka tegang.
Mereka juga yang paling sering
mengocok, tapi kalau kelihatan
mereka berhenti (malu-malu kucing).
Bang Alim berlagak tahan tapi
melihat No dan Tri terangsang dia
ikut ngocok juga. Akhirnya aku
pindah ke sebelah Alim di belakang
bersandar di lengannya. Lagi waktu
itu dia pakai kaus ketat lengan
pendek hmm. Otot trisep-bisepnya
berkembang sempurna sekali,
pentilnya juga kelihatan di balik
kaosnya, perutnya yang kotak juga
kadang mengintip.
Adegan film menceritakan atlet-atlet
futbol amerika yang hanya pakai
celdam di ruang ganti didekati
seorang pemandu sorak. Di depan
mereka semua si pemandu sorak
bergaya striptis, lalu mulailah
bermunculan kontol-kontol dari 4
orang. Ada yang mengocok sendiri
ada juga yang lanngsung mendekat
ke si pirang dan happ sekali lahap
kontol yang masih lemas berubah
jadi setengah tegang dan hap jadi
tegang.
Kulihat Alim memasukkan tangan
kanannya tepat dibawah mataku dan
mulai mengocoknya. Dengan
beraninya tangan kirinya mengelus-
elus pahaku lalu bagian depan
kontolku yang sudah tegang dari tadi.
Aku biarkan saja,
www.ceritagay.uiwap.com
seakan aku terlalu
perhatian pada tontonan sehingga
tidak tahu yang terjadi. Aku berharap
dia tidak menghentikannya karena
sungkan.
Sudah semua kontol keempat pria
bule itu keluar masuk bergantian ke
mulut si pirang yang kini sudah
telanjang habis. Sementara itu ada
satu orang yang mulai mengelurkan
masukkan jarinya di lubang memek
si pirang. Yang lain ada yang
meremas tetek ada yang asik dihisap
sambil menjambak rambut.
Kini No dan Tri sudah mengocok
kontol masing-masing tanpa
komentar lagi. Gilanya lagi si Tri
malah sudah tidak malu-malu lagi
mengeluarkan kontolnya dan
mengocok seenaknya. Suasana
ruangan semakin panas. Alim
semakin berani, selain kontolnya
yang sudah mengintip-ngintip dari
balik celana saat dikocok, dia juga
sudah memasukkan tangannya ke
dalam celanaku. Aku sudah tidak bisa
pura-pura cuek lagi. Saat kutatap
wajahnya, ah ternyata tidak jelek-
jelek amat, dia tersenyum akupun
tersenyum tanda setuju.
Tiga kontol bule itu sudah masuk ke
tiga lubang milik si pirang: mulut,
memek dan pantat. Tinggal yang satu
orang terkadang dikocok terkadang
tidak, rupanya perhatian si pirang
terbagi di antara keharusan
mengocok dan kenikmatan di tiga
lubang yang dirasakannya.
No dan Tri sudah membuka baju dan
celana masing-masing. Ha! Mereka
tidak tahan dan telanjang bulat
sambil mengocok di depan kami. No
dan Tri sebentar menengok pada
kami lalu mereka saling bersandar
dan bergantian mengocok. Tri
mengocok kontol No dan No
mengocok kontol Tri. Sementara itu
tanganku sudah menggeggam kontol
Alim, panjangnya sejengkal lebih, ah
pasti lebih dari 22 cm dan besar juga.
Aku mengocok punya Alim.
"Coba ada cewek satu disini pasti
kita seperti di film itu ya.." kata si No
di tengah-tengah keasyikan itu.
Aku dekati mereka dan kurangkul
mereka berdua dari belakang.
"Asal kalian tidak reseh aja. Minggu
depan impian kalian pasti jadi
kenyataan." Aku berjanji.
"Nih No biar cepet keluar!" si Tri
bercanda mempercepat kocokannya
pada kontol si No.
No meringis agak kesakitan. Kubuka
bajuku dan kurangkul mereka
berdua, kucium mereka satu persatu.
Aku belum berani cium mulut, takut
mereka kaget malahan lari. Kuraih
kedua kontol sebayaku itu. Seukuran
denganku lah! Lalu kukocok degan
irama yang sama. Mata mereka
berdua terpejam-pejam keenakan,
badan mulai mereka sandarkan
padaku. Setengah berlutut aku
menahan berat tubuh-tubuh
telanjang itu.
Rupanya Alim sudah tidak sabar lagi,
dari belakang dipelorotkannya
celanaku lalu diemutnya kontolku
seperti si cewek mengulum kontol
bule itu. Sementara itu di filem
mereka sudah berganti ganti posisi.
Satu orang yang tidak kebagian
sekarang mencoba memasukkan
kontolnya ke pantat orang yang
sedang diemut.
Hebat juga Alim menyedot kontolku.
Pelann namun pasti keluar dan
masuknya, begitu mantap, aku
serasa naik ke langit. Mungkin karena
kurang konsentrasi terpengaruh
sedotan Alim maka kocokanku sering
terhenti. No dan Tri ingin tahu apa
yang menyebabkan aku keenakan
seperti itu. Melihat Alim sedang
menyedot kontolku maka Si Tri
bangun dan memelorotkan celana
Alim dan mulai menyedotnya. No
tidak ketinggalan menyedot kontol
Tri. Aku kasihan sama No lalu
kontolnya kusedot. Jadilah kini
lingkaran saling menyedot kontol.
Suara kecipak-kecipak terdengar di
tengah lenguhan yang di VCD.
Kami sudah tidak memperhatikan TV
lagi karena asik menikmati sedotan-
sedotan. Rupanya lama kelamaan
bosan juga Alim pertama kali bangun
dan dalam sekejap kontol Alim sudah
lenyap di dalam pantat Tri. Ah!
Rupanya mereka juga sudah biasa
permainan seperti ini, kalau tidak
mana mungkin kontol segede punya
Alim begitu cepat masuk ke lobang
pantat Tri tanpa Tri menjerit-jerit.
Alim sudah mulai menggenjot tanpa
ampun lagi.
Mulanya No dan aku hanya melihat
mereka sambil mengelus kontol
masing-masing lalu kami sudah saling
mengocok. Lalu kupeluk dan kucium
mulut No tanpa mau tahu apa dia
akan kaget atau tidak, ternyata dia
membalas. Shit! Mereka sudah ahli
juga ternyata. No kutidurkan dan aku
coba memasukkan kontolku ke dubur
No, tapi ternyata susah, rupanya
yang ini masih perawan. No memberi
petunjuk agar aku ngentot Alim saja.
Kulakukan dan lebih mudah. Pantat
yang setengah menungging itu
dengan mudah kumasuki kontolku.
Tanpa aku bergerak aku sudah keluar
masuk sendiri karena Alim memang
masih menggenjot Tri.
No bangun mengecilkan volume TV
dan kemudian memberikan
kontolnya pada Alim untuk disedot.
Jadi sekarang kontol Tri dikocok oleh
Alim, kontolku masuk ke dubur Alim
sedangkan mulut Alim terisi kontol
No dan kontol Alim sendiri masuk di
pantat Tri. Tanganku tak hentinya
mengelus dada, punggung, pantat,
pundak, lalu lengan, lalu dada lagi,
perut dan ah.. pokoknya semua tidak
ada bagian tubuh Alim tidak
tersentuh. Kalau ini impian jangan
bangunkan aku. Biar kasurku banjir
mani tetap jangan bangunkan aku.
Kontolku terlepas saat Alim
mengeluarkan kontol dari dubur si Tri
dan dikocok sendiri. Rupanya hampir
keluar.
"Biar aku yang keluarin, Lim."
Tanganku menepis tangan alim dan
aku mulai mengocok seperti irama
Alim tadi. Kontol No juga terlepas dan
sudah dikocok sendiri juga. Tapi
ternyata Tri yang pertama kali keluar.
Maninya muncrat tinggi sekali.
Mengenai muka Alim dan No,
sebagian ada yang jatuh di dadaku.
Kencang sekali semburannya.
Kedua No juga keluar. Semburannya
tepat mengenai dada Alim yang
dihadapan dan juga Tri yang masih di
bawahnya. Alimpun menyusul. Ah..
leganya mereka. Tapi aku belum dan
tidak ada yang mengocoknya.
"Hei jangan pergi hei..!" semua pergi
bebersih badan masing-masing
sementara aku masih mengocok.
"Heii tanggung jawab doonngg!"
teriakku sambil terus mengocok..
TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar