Selasa, 17 Juli 2012

Kisahku Dengan Rangga

Senggigi Beach, salah satu pantai di
Lombok yang merupakan primadona.
Selain pantainya indah dan bersih,
sarana dan prasarananya lengkap
bagai surga kecil yang menjanjikan
sejuta kenikmatan bagi para visitor.
Di pantai indah yang berpasir putih
inilah cerita berawal.
5 November 2000; 06:00 WITA.
Matahari masih malu-malu untuk
menampakkan sinarnya. Bukannya
belum saatnya untuk meyapa bumi,
tetapi karena bias sinarnya terhalang
bukit tinggi yang menjulang di
sebelah timur pantai. Angin sepoi-
sepoi basah lembut menyapa pohon
nyiur. Mereka pun membalas sapaan
sang bayu dengan meliuk-liukkan
batangnya dan melambai-lambaikan
pucuk daunnya layaknya penari
striptease. Bergoyang, meliuk-liuk,

mendesah-desah, di kesunyian yang
masih menyelimuti pesisir pantai
tampak sesosok tubuh sedang
berjalan gontai denganmenundukkan
kepala. Dia melangkah perlahan
sambil terus menatap butiran halus
pasir putih. Dengan gundah dia mulai
mengangkat kepalanya dan
melemparkan pandangannya ke arah
laut yang biru membentang dan
sedang membawa perahu nelayan
merapat ke tepian. Kepasrahan mulai
merayap di relung hatinya ketika ia
menghempaskan tubuhnya yang
atletis di atas pasir.
Sambil berbantal kedua tangannya
yang perkasa, pikirannya
menerawang jauh di atas awang-
awang.Pandangan matanya sayu
menatap kosong ke langit biru
berhiaskan awan yang bagaikan
gumpalan melayang. Bayangan
wajah laki-laki yang pernah di
hatinya silih berganti membayangi.
David, Ical, Anang, Irfan, Anang, Ical,
David. Tak terasa air matanya
meleleh membasahi pipinya.Bibirnya
yang merah sensual tak henti-
hentinya mengutuk dirinya sendiri.
"Kenapa aku harus terlahir seperti
ini?" Sebuah pertanyaan retoris yang
selalu disebutnya pada saat dia
membutuhkan belaian hangat daris
eorang laki-laki.
Entah mengapa ia sampai lupa akan
ajaran agamanya. Yang ada di
benaknya hanya laki-laki dan laki-
laki. Dia terus berburu dan berburu,
tetapi hanya kenyataan pahitlah
yang selalu ditemui. Tanpa rasa
bosan dia terus berburu seoranglaki-
laki yang dapat melepaskan
hasaratnya yang terpendam sejak
dia berusia 17 tahun. Usia dimana dia
pertama kali mengenal hubungan
seks dengan sesama kaum Adam.
Dibiarkannya angin menerpa
tubuhnya yang berbalut t-shirt ketat,
sehingga tampak ukiran otot
ditubuhnya. Badannya padat berisi
dan dadanya bidang. Sesosok tubuh
yang pasrah itu adalah aku. Samar-
samar kulihat sesosok tubuh sedang
berjalan ke arahku, ketika
kupalingkan wajahku. Aku lalu
bangun dan membetulkan pantatku
yang padat dan mengambil sikap
duduk yang menantang. Mataku
tajam menatap ke arah orang itu,
sedangkan hatiku melonjak
kegirangan. Aku berharap impianku
akan segera menjadi kenyataan
manis.
Semakin mendekat kulihat tatapan
orang itu begitu tajam ke arahku.
Aku pun ganti menatapnya dengan
pandangan yang tajam pula. Kuamati
tubuh orang itu dengan seksama,
bahkan sampai di tiap titik tubuhnya.
Dia adalah seorang bule yang
tampan dengan raut wajah coklat
kemerahan, bibirnya merah sensual,
postur tubuhnya ideal, kulit tubuhnya
coklat kemerahan dan dada yang
bidang berbulu lebat. Kutatap dia
lama dan mataku pun terpaku pada
daerah di bawah pusarnya. Dengan
hanya memakai celana dalam
tampak tonjolan yang bikin aku
panas dingin menahan hasrat. Sontak
uratku yang paling sensitifpun
menegang. Darah mengalir
memenuhi seluruh pembuluh darah di
daerah pangkal pahaku.
Aku hanya dapat membisu menaha
hasratku yang kian menggelora.
Tatapan mataku tak dapat lepas dari
tubuhnya. Aku terus menelanjangi
tubuhnya hidup-hidup. Kulihat ia
mendekatiku dan duduk tepat di
hadapanku. Tenggorokanku nyaris
tercekat tanpa dapat bersuara
sampai kudengar dia menyapaku
dengan ramah, "Good Morning." Aku
nyaris kehilangan semua vocabs
yang pernah kudapatkan di tempat
kursus bahasa Inggrisku. Kukuasai
diriku dan kukendalikan nafsuku dan
belum sempat aku membalas
salamnya dia sudah menyambung,
"I'm Lucas. I come from Italia."
Akhirnya sebaris kalimat dapat
meluncur dari celah bibirku, "Good
Morning, I'm Andre."
Karena mendengar kata Italia, aku
teringat dengan pemain sepakbola
pujaanku, Alessio Tachinardi, yang
sexy habis. Kubayangkan orang yang
di hadapanku adalah Tachinardi.
Akhirnya obrolan pun kian lancar dan
dari obrolan itu aku tahu bahwa
Lucas adalah seorang laki-laki 35
tahun, masih single dan yang jelas
dia adalah seorang gay, sama seperti
diriku. Dari obrolan ringan tentang
hobby dan lain-lain, obrolan pun kian
memanas sampai obrolan tentang
seks. Karena keasyikan ngobrol, aku
tak menyadari kalau jari tangannya
menyentuh ujung jari kakiku, dan dia
pura-pura membersihkan butiran
pasir yang menempel di jari kakiku.
Seketika itu aku tahu bahwa dia
menginginkan aku. Aku hanya bisa
diam dan membiarkan diriku
terhanyut dalam irama permainan
seks. Permainan seks khas seorang
Italiano.
Jari-jari tangannya kian nakal
merayap di kakiku, dia mengusap-
usap kakiku yang berbulu dengan
lembut, kemudian tangannya mulai
menghilang di dalam celana
pendekku dan merayap serta
bergerilya di pahaku. Aku hanya bisa
menggelinjang dan mendesah
manahan nikmat dan nafsuku pun
kian menggelegak. Penisku yang
sudah mengejang kian mengeras.
Akhirnya tangannya mendarat di
penisku dan mulai mengocoknya,
sementara pantatku kugoyang-
goyangkan mengimbangi permainan
tangannya. Kubiarkan ia mengocok
penisku. Kulihat kepala penisnya
yang besar merah mengkilat
menyembul dari celana dalamnya.
Secara refleks tangan kananku pun
menyusup ke dalam celana
dalamnya. Kuremas-remas penisnya
yang kian mengeras dan mulai
mengocoknya perlahan-lahan.
Sementara tangan kiriku merengkuh
lehernya dan kudekatkan bibirku
padanya.
Akhirnya kedua insan sama jenis
yang sedang dilanda nafsu birahi
itupun saling berpagut dan saling
mengulum. Kusedot lidahnya sampai
masuk tenggorokanku, dan dia pun
membalas menyedot lidahku. Adegan
ganjil itupun berlangsung dengan
demikian menggairahkan. Dengan
nafsu yang berkobar-kobar aku terus
melumat bibirnya yang merah dan
tangan kiriku menggerayangi dan
meraba punggunggnya yang berbulu,
sementara tangan kirinya meraba-
raba pahaku. Sekian lama saling
mengocok dan saling melumat,
akhirnya kulepaskan pagutanku
karena aku khawatir kalau-kalau ada
orang yang melihat adegan yang
ganjil tersebut.
Kulepaskan diriku dari
cengkeramannya dan mulai
melangkah meninggalkannya yang
sedang kebingungan menahan hasrat
yang tertunda. Kulihat sekelilingku
ternyata masih sunyi. Kuputuskan
untuk duduk di atas tebing buatan
pembatas hotel. Aku naik dan duduk
di atasnya. Kulihat ia mendekatiku.
Dalam hati aku tertawa geli, karena
kulihat celana dalamnya tidak dapat
memuat penisnya yang tegang.
Kulihat dia berjalan, sementara
kepala penisnya yang kian
memebesardan mengkilat
menyembul dari celana dalamnya.
Dia merapatkan tubuhnya ke
tubuhku dan mulaimenggesek-
gesekkan penisnya di kakiku.
Akhirnya kulingkarkan kedua
tanganku di lehernya dan
diamerangkul pinggangku. Adegan
saling pagutpun tak dapat
dihindarkan lagi. Dia semakin ganas
melumat bibirku sampai seolah-olah
aku kehabisan nafas. Dia terus
melumat bibirku sambil terus
menggesek-gesekkan penisnya.
Tak lama kemudian adegan itupun
usai sudah. Kugandeng tangannya
dan kutarik menuju rimbunan pohon
bakau yang tumbuh tak jauh dari
tebing buatan itu. Aku dan dia
akhirnya masuk ke dalamnya,
"Aman," pikirku. Di dalam rimbunan
adegan sexpun dimulai. Aku dan dia
mulai berpelukan dan saling berpagut
kembali. Kulepaskan pagutanku dan
bibir serta lidahku mulaimenelusuri
lehernya, kemudian terus ke bawah.
Sasaran lidahku berikutnya adalah
dadanya yang bidang berbulu lebat
dengan buah dada yang gepal.
Kukecup putingnya bergantian kiri
dan kanan dan mulai kumainkan
lidahku pada putingnya.
Kukecup, kujilat, kugelitik, kugigit.
Kudengar ia melenguh dan mendesah
lirih. Ough, aku semakin ganas
menjilati setiap titik tubuhnya yang
harum khas aroma Italia. Kualihkan
lidahku ke perutnya yang rata dan
sexy. Kumainkan lidahku di pusarnya
yang dihiasi dengan bulu-bulu lebat.
Aku mulai jongkok. Kucium dan
kujilati pahanya yang padat dan
berbulu lembut. Paha kanan
kemudian kiri, kanan, kiri bergantian
sambil kedua tanganku
mempermainkan pantatnya yang
padat. Kuremas-remas, kutepok-
tepok.
Kudengar ia berkata, "Come on boy,
I'm not strong enough. Suck it!"
Aku pun mulai melepaskan celana
dalamnya. Serta merta kulihat
penisnya yang tegak bagaikan tugu
Monas. Kumainkan penisnya ynag
panjang besar dan merah. Kuremas,
kukocok, sebatang penis yang siap
kuapakan saja. Kukocok penisnya
perlahan-lahan sambil kujilati kepala
penisnya yang kian membesar dan
memerah. Kujilat, kusedot, saking
besarnya hampir-hampir mulutku
tidak muat. Sasaran pun kupindahkan
ke batang penisnya yang berurat.
Kujilat setiap titik batang penisnya.
Akhirnya bibirku mendarat pada buah
pelirnya. Kujilat, kukulum buah
pelirnya sambil terusmengocok
penisnya yang kian mengeras.
Kukocok dan mulai kumasukkan
kepala penisnya ke mulutku. Mulutku
terasa penuh.
Tangan kiriku meraba bongkahan
pantat yang padat. Kuraba-raba,
kuremas-remas, kutepok-tepok
sampai akhirnya kutemukan titik
sejuta nikmat di depan asshole-nya.
Kumainkan jari tengahku di titik yang
dipenuhi dengan rambut-rambut
lebat. Kugelitik, kemudian
kumasukkan jari tengahku ke
asshole-nya. Masuk, keluar, sambil
mulut dan tanganku sibuk
mengenyot dan mengocok batang
penisnya. Kukulum, kusedot-sedot,
kukenyot-kenyot, kukocok, jari
tengahku kian sibuk keluar masuk
asshole-nya dan kurasakan asshole-
nya memberikan respon pada
permainan jariku. Kudengar dia
melenguh.
Dia terus melenguh sambil kedua
tangannya meremas rambutku dan
mendorong, menarik kepalaku maju
mundur. Aku kian ganas
mempermainkan penisnya,
kulakukan gerakan maju mundur
mengulum penisnya.Maju, mundur,
maju, mundur. Akhirnya kurasakan
penisnya berdenyut-denyut.
Kupercepat permainan tangan dan
mulutku. Otot pahanya mengejang
dan dia melenguh panjang seiring
dengan keluarnya sperma yang
hangat dan tumpah ruah di dalam
rongga mulutku.
"Oughh.. yess.. yess.. yess..!"
Meskipun kurasakan asin, tetapi
cairan putiuh kental dan hangat itu
sukses meluncur di kerongkonganku.
Asin tapi hangat dan nikmat.
Kulepaskan mulutku kemudian
kukocok penisnya perlahan-lahan dan
mulai kujilati kepala penisnya yang
berlepotan sperma.

Kudengar dia berbisik, "Thank you
baby."
Kemudian aku berdiri dan dia
mengambil posisi jongkok.
Dipelorotkannya celana pendek dan
celana dalamku, dan tanpa basa basi
penisku langsung diraih dan
dikenyotnya. Semakin keras dia
mengocok dan mengenyot penisku.
Maju, mundur, maju, mundur. Aku
yang sudah tidak taha akhirnya
penisku berdenyut-denyut dan
kurasakan otot pahaku mengejang
sedangkan dia melepaskan
kenyotannya kemudian
mengarahkan penisku ke dadanya
dan "Crett.. crett.." cairan putih kental
dan hangat itupun muncrat dan
tumpah ruah di dadanya yang bidang
berbulu lebat.
Kemudian dia menjilati kepala
penisku yang berlepotan sperma.
"Slrup.. slrup.." aku merasa geli
sekaligus merasakan sejuta
kenikmatan sampai seolah-olah aku
terbang ke langit ke tujuh.
"Oughh.. yess.." dia pun kemudian
berdiri dan kujilati dadanya yang
berlepotan spermaku, asin.
Akhirnya aku dan dia saling berpagut
sambil saling menggesek-gesekkan
penis yang sama-sama mulai
berkurang ketegangannya. Kemudian
kutarik tanganya keluar dari
rerimbunan. Kulihat sekeliling
ternyata masih juga sepi.
"Masih aman," pikirku.
Aku berlari menuju laut sambil
membawa celana pendek dan celana
dalamku, sementara dia mengikutiku
dengan membawa celana dalamnya.
Dia pun lari dengan bertelanjang
bulat, sementara aku masih memakai
kaos. Di pinggir laut aku lepaskan t-
shirt-ku dan mulai menceburkan diri
ke laut dalam keadaan telanjang
bulat. Di perairan yang dangkal
kurebahkan tubuhku yang polos
tanpa sehelai benang pun, dan dia
mulai menindihku dan mulai melumat
bibirku sambil menggesek-gesekkan
penisnya ke penisku. Aku pun
membalasnya.
Tak lama kemudian dengan
bertelanjang bulat aku dan dia
berenang di laut sambil main air. Air
laut mulai memantulkan cahaya
matahari ketika aku dan dia naik ke
pantai. Aku mengenakan pakaianku
kembali dan demikian pula dengan
dirinya. Sebelum berpisah aku dan
dia sempat berpagut untuk beberapa
saat. Setelah nge-date untuk bertemu
kembali esok hari, dia pun
melangkah menuju hotel tempat dia
menginap, sementara aku
memandanginya sampai dia
menghilang dari pandanganku.
Kulangkahkan kakiku menuju areal
parkir yang juga sepi dan kustarter
sepeda motorku menuju ke rumah
dengan membawa sejuta
kenikmatan yang tak mungkin
kulupakan.
6 November 2000; 06:00 WITA.
Kembali aku menelusuri jejak
kenanganku hari kemarin.
Kuhempaskan tubuhku di pantai
berpasir putih dan mataku
menerawang memandang samudera
biru yang membentang di
hadapanku. Hanya suara ombak
yang memecah kesunyian hati
seorang gay kesepian. Aku berharap
kenangan dengan Italiano kemarin
akan terulang kembali hari ini, tetapi
sepertinya takdir berkehendak lain.
08:00 WITA. Dua jam sudah aku
menunggu dalam ketidakpastian.
Dalam hati aku hanya dapat
memendam sejuta kekecewaan.
Dalam hati aku tahu kalau
penantianku ini akan membawaku
ke lembah kekecewaan yang dalam,
tetapi aku tak tahu kenapa rasanya
berat bagiku untuk beranjak dari
tempat itu.
08:30 WITA. Sinar matahari mulai
menyengat tubuhku dan pantai
tampak ramai oleh para visitor,
ketika aku melangkahkan kaki untuk
mengakhiri penantian tanpa batas.
Kuikrarkan dalam hatiku biarlah
semua berlalu menjadi sebuah
kenangan manis yang tidak akan
pernah kulupakan selama hidupku.
Sambil melangkah aku
senandungkan lagunya Chintami
Atmanagara. Di pantai indah yang
berpasir putih. Awalnya tanpa
sengaja, kami berjumpa.
Tak terasa hari-hari berganti.
Lembutnya angin yang mengalir. Dan
burung camar yang kian kemari.
Menyambut bertaut kasih, dua hati.
Debur ombak yang berkejaran di
pantai ini. Seperti nyanyian hati ini.
Sepasang insan yang sedang di landa
cinta. Indahnya kasih asmara.
Bahagia pun merekah di hati yang
berbunga. Tetapi kini kita khan
berpisah. Dirimu harus kembali. Ke
sana jauh ke seberang samudera.
Akankah kita bersama lagi.
TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar