Tubuh indah itu kini berbaring. Masih antara
sadar dan tak sadar. Adam menungguinya. Menatap wajah tampan itu
sesekali dengan pandangan penuh kasih sayang. Memperbaiki posisi bed
cover putih yang diatur sebatas dada Marco yang kekar. Keindahan yang
rapuh dalam wajah tanpa ekspresi yang kelihatan tidak berdosa.
Sesekali terlihat dibalik selaput mata itu,
bola mata Marco berputar. Ini menandakan ketenangan yang terlihat di
luar, tidak sama dengan yang terjadi di dalam. Keadaan ini dikenal
dengan istilah mimpi. Marco memimpikan sesuatu. Ada kejadian lain yang terjadi di alam
bawah sadarnya. Terkadang kejadian itu terbawa sampai dia bangun.
Kadang terlupakan. Yang pasti itu tidak begitu mengerikan. Karena tidak
sampai menimbulkan gejala shock yang sudah pasti akan terlihat oleh
Adam yang sudah seharian mengawasi orang yang entah kenapa, walau baru
dikenalnya ini, tapi sudah membuatnya sangat tertarik ini.
Sesekali bahkan Adam melap butiran keringat
sangat kecil yang muncul di dahi Marco. Tentu saja dilakukan dengan
lembut, penuh kasih sayang. Seakan takut menodai kening sangat indah
laki-laki yang tertidur pulas di depannya.
Wajah indah yang lelah, demikian bathin
Adam. Dikecupnya perlahan pipi kiri Marco. Kemudian dibenarkannya lagi
posisi bed cover yang sebenarnya tidak perlu.
Tiba tiba telepon di rumah itu berbunyi.
Adam bimbang. Apakah harus membangunkan
Marco yang kelihatan sangat pulas dan damai dalam tidurnya….?
Diputuskannya membiarkan saja telepon masuk
itu.
Gantian selular Marco yang menyanyikan lagu
Annie Lennox, a whiter shade of pale…
Adam merinding sendiri mendengar lagu yang
agak agak magis itu. Namun dia membiarkan saja selular itu sampai diam
sendiri. Marco sama sekali tidak terlihat terganggu. Masih tidur
dengan pulasnya.
Lalu telepon rumah berdering lagi.
Kali ini diputuskan Adam untuk
mengangkatnya. Mungkin ini penting. Dari kerjaan di kantor Marco
mungkin.
“Hallo….”
“Marco…..”
“Bukan pak…. Saya saudaranya….”
“Oh maaf, selamat siang, apa bapak Marco
ada?”
“Ada
pak, tapi Marco sedang sakit. Saat ini sedang berbaring di kamar….”
“Oh, ok kalau begitu…. “
“Kalau boleh tahu, ini dari mana ya…?”
“Saya dari kantor tempat pak Marco bekerja”
“Oke….”
“Saya Rudi, bawahan bapak. Tadi kebetulan
ditanya personalia. Dari pagi pak Marco tidak kelihatan. Kemarin juga
tidak masuk. Tidak ada kabar sama sekali. Ini hari kedua…”
“Oh iya, maaf pak, saya tidak tahu harus
mengabarkan dimana. Tapi memang marco sedang berbaring di kamar. Sakit
dari kemarin. Kebetulan saya yang menjaganya…”
“Ok pak, gapapa….. selamat siang….”
“selamat siang…..”
Telepon ditutup.
Adam ke kamar lagi. Bukan harus, tapi
memang entah kenapa, dia ingin disisi Marco saat ini. Bukan untuk
menikmati keindahan sosok ini, tapi memang ada panggilan untuk
menemaninya.
Saat dia masuk ke kamar, dilihatnya Marco
sudah duduk di ujung ranjang.
Tatapannya kosong ke lantai.
Bau bangkai…. Sangat menyengat.
Adam bergegas mendekati. Marco diam saja….
Mengendus. Ternyata baunya datang dari
jendela kamar yang sudah terbuka. Marco yang membukanya barangkali.
“Bau mas…..”
Yang ditanya diam saja. Adam melongokkan
kepalanya ke luar jendela. Dilihatnya kandang anjing dengan isinya yang
sudah kaku.
“Oh….. anjingmu mati mas……”
Marco tak bergeming.
Adam bergerak mencari-cari jalan menuju
samping. Ternyata dari jalan belakang. Menyiapkan karung yang
didapatnya digudang. Sambil menutup hidungnya dengan sapu tangan handuk
yang dililitkan sekenanya.
Bukan main baunya.
Adam bergerak cepat. Dengan sarung tangan
karet yang didapatnya di rak-rak alat-alat gudang. Dimasukkannya
bangkai anjing itu ke dalam karung. Membungkusnya dengan cekatan.
Mengikatnya dengan tali sekuatnya.
Lalu menyeret karung itu ke halaman
belakang. Untung ini bukan anjing dengan ukuran besar. Ukurannya hanya
sebesar dua kali ukuran kucing paling gemuk yang bisa kau bayangkan.
Di halaman belakang. Adam mencari-cari
cangkul. Untungnya ada. Marco ternyata suka berkebun juga. Ada beberapa
tanaman eksotis tropis di halaman belakang. Juga ada beberapa bonsai
cemara laut dan asam jawa. Adam mulai memilih tempat.
Ah, di sudut halaman belakang sebelah
kiri. Ada
tanah yang masih kosong. Dan kelihatannya tanahnya tidak begitu
keras. Adam mulai mencangkul.
Sepuluh cangkulan, keringatnya mulai
bercucuran. Adam merabah pinggangnya yang mulai pegal. Menatap tanah
yang tercangkul hitam. Tanah yang jenisnya pasti sangat subur untuk
ditanami apa saja.
Menggali lagi beberapa saat.
Sampai tergali cukup untuk bangkai si
anjing. Hati-hati Adam menaruh bangkai dalam karung itu ke dalam lubang
yang baru digalinya.
Ah, buset…. Masih kurang panjang…..
gerutunya dalam hati.
Lalu bangkai itu diangkatnya lagi. Dan
mulai mencangkul lagi. Kali ini dengan cangkulan yang kuat dan dalam.
Sampai dirasa pas.
Pas…..
Adam meletakkan bangkai anjing itu dalam
diam.
Apa yang membuat anjing ini mati…?
Akhirnya pertanyaan itu muncul di
kepalanya, saat cangkul digunakan untuk menyekop tanah-tanah bekas
galian untuk menutupi kuburan si anjing.
Tak mungkin karena tidak diberi makan.
Tadi di kandang masih banyak makanan anjing di baki nya. Tidak ada
bekas luka sama sekali. Pasti ada apa-apanya disini. Dan kegilaan
Marco. Lalu kursi di ruang tamu yang bergerak sendiri itu…. Ah, itu
hanya perasaanku saja…. Tidak ada apa-apa. Mungkin anjing ini sudah
tua. Apakah benar anjing ini sudah tua…? Hmmm, aku tidak begitu tahu
soal anjing sayangnya. Dan, seingatku kemarin waktu pertama kali
kemari, tidak ada tanda tanda ada anjing ini sama sekali. Apakah saat
itu anjing ini sudah mati…?
Mungkin begitu, soanya baunay sudah
sangat menyengat. Oh iya…. Semut-semut juga sudah banyak. Bisa jadi
memang anjing ini sudah mati beberapa hari.
Jadi kemana saja Marco…? Masa dia tidak
tahu anjingnya mati…?
Ah…. Dia sedang gila kan …? Benar
juga. Kegilaan sesaaatnya ini. Menjaga dirinya tetap selamat saja dia
hampir tak bisa. Bagaimana pula bisa menjaga keselamatan anjinya…?
Kegilaan sementara…? Siapa tau ini
kegilaan permanen.
Rasanya tidak. Kemarin pas ketemu dia
sangat normal. Aku sudha lama mengamati facebooknya. Cukup normal,
walau penuh basa-basi.
Lalu kenapa si anjing sampai mati…? Dan
Marco tak mengetahuinya….? Bianya laki-laki yang memelihara anjing akan
sangat sayang pada binatang ini. Dan, kalau melihat rumah dengan
pekarangan lumayan luas ini. Agak aneh juga bila anjing ini dipelihara
dalam kerangkeng.
Mungkin karna aku mau kemari, makanya
supaya tidak bikin ribut anjing ini dimasukkan ke kandangnya. Ah,
justru seharusnya anjing ini dilepas, rumah ini cukup luas. Dan tidak
ada masalah bagi Marco agaknya untuk membiarkan anjing ini masuk ke
rumahnya. Anjing ini cukup bersih. Dan salib-salib di dinding itu,
sudah jelas Marco bukan Muslim.
Jadi apa….? Mengapa anjing ini mati….?
Tuakah…?
Lebi jauh lagi, mengapa anjing ini
dikandangkan….?
Aneh… benar-benar aneh….
Dan tiba tiba Adam merasakan bulu kuduknya
berdiri, diikuti dengan seperti perasaan adanya hembusan angin dingin di
tengkuknya.
Adam masuk kembali ke rumah. Mencuci
sarung tangan karet yang tadi dipakainya. Lalu meletakkannya supaya
kering di tempatnya. Lanjut mencuci tangannya sendiri sampai bersih.
Dan sudah tak sabar untuk melihat Marco.
Yang
saat pintu kamar dibuka Adam, Adam terbelakak melihat Marco yang sudah
talanjang bulat berbaring tengkurep di atas ranjang. Adam menelan
ludah. Bagaimanapun benjolan kedua bongkah pantat Marco memang susah
untuk dicari tandingannya. Pantat itu tebal montok serta berbulu.
Dan sangat bersih. Adam sudah melihatnya.
Putih kenyal. Tidak seperti pantat pantat yang pernah dilihatnya,
menghitam di sela-sela paha atau di belahan kedua belah pantat. Pantat
Marco putih bersih. Lubang pembuangannya juga merah cerah. Membuat
Adam tak segan segan menjilati lubang pantat itu.
Adam tak bisa menghindari. Kejantanannya
bergerak sendiri.
Adam mendatangi.
Menunggu saat purnama. Purnama yang akan
membuat pasang naik sampai ke kepala. Memperhatikan bdan telanjang itu
lagi. Adam bergerak menutup pintu.
Jendela sudah tertutup. Bau bangkai yang
tadinya menyengat juga sudah tak ada.
Bagaimana bisa bau bangkai semenyengat
itu hilang begitu saja…?.
Tapi pikiran seperti itu ditepisnya.
Adam mendekati Marco.
Marco membalik badan mengetahui kedatangan
Adam. Dan tersenyum…
“Sini bang…..” panggil Marco mengajak Adam
duduk di sebelahnya.
“Eh…..” kikuk…. Dipanggil Bang, bagus
juga….
Adam naik ke ranjang, duduk di ranjang.
Tepat di selah tubuh telanjang indah Marco.
“Terima kasih ya….” Marco mengecup pipi
Adam….
Adam terdiam kikuk. Tak bisa
menyembunyikan lagi kejantanannya yang mulai merontah-rontah. Marco
tersenyum. Sangat tampan dan manis sekali.
“Kamu sudah baikan mas….” Adam gantian
mengecup pipi Marco.
“Aku hanya lelah bang…..” Balas Marco
pelan.
“Oh… syukurlah…. Kamu masih harus istirahat
mas….”
“Aku ingin tidur memeluk abang…..” Marco
memeluk Adam….
Adam menahan nafas… Takut kulitnya terbakar
barangkali. Dan benar. Sentuhan Marco benar-benar membakar.
“Bang….. “ Marco menatap mata Adam.
“Rasanya aku mencintaimu….”
Adam tercekat. Bagaimana ini. Apakah
aku juga cinta. Aku sayang padanya memang benar….
Adam menatap mata Marco. “Pikirkan lagi
sayang…. Aku, eh….. tak apa-apa panggil mas sayang…?”
Marco menjawabnya dengan kecupan panjang.
Adam membalasnya. Tak kuasa menahan lagi. Api memang sudah membakar
dari tadi. Tinggal menunggu wkatu untuk menjadi debu.
Marco melucuti pakaian Adam. Menjilati
dada bidang yang masih berkeringat dan asin itu. Adam diam
menggelinjang hebat. Sampai satu persatu pakaiannya dilepas Marco.
Sampai Adam sama telanjangnya dengan Marco.
“Sayang….. aku ingin kamu disisiku terus….”
Bisik Marco diantara sedotan-sedotan yang dilakukannya pada batang
kejantanan Adam yang sudah menerobos ke dalam dirinya.
“Aku akan sayang…..” bisik Adam sambil
menekan ke bawah dengan buasnya.
“Aku cinta kamu sayang…..”
“Ahhhh…. Aku juga sayang…..”
“Kamu tinggal di rumahku saja ya…. Temani
aku….”
“Aku tak keberatan sayang…. Tapi….. tapi……”
“Tapi apa……”
“Tapi ini enak sekali sayang…….. ahhhhhh…..
“
Marco memeluk Adam lebih erat. Lalu memiting badan
itu, membantingnya perlahan dengan cinta kasih. Kini dia menduduki Adam
yang hampir hampir tak berdaya….
“Kalau begini…..”
“ahhhh….. ini lebih enak lagi sayang……”
“Kamu akan menemaniku sayang……?”
“Iya sayang….. ahhhhh…. Sampai kau
bosan…..”
“Aku tak akan bosan denganmu…. Aku cinta
kamu…..”
“Aku juga….”
Dan saat itu keduanya sama sama orgasme…..
“Aku keluar sayang……”
“Aku juga…..”
Saling dekap. Saling lumat…. Saling cinta
mungkin….


Tidak ada komentar:
Posting Komentar