Selasa, 17 Juli 2012

Ah... Ini lebih Enak..


Tubuh indah itu kini berbaring. Masih antara sadar dan tak sadar.  Adam menungguinya.  Menatap wajah tampan itu sesekali dengan pandangan penuh kasih sayang.  Memperbaiki posisi bed cover putih yang diatur sebatas dada Marco yang kekar.  Keindahan yang rapuh dalam wajah tanpa ekspresi yang kelihatan tidak berdosa.

Sesekali terlihat dibalik selaput mata itu, bola mata Marco berputar.  Ini menandakan ketenangan yang terlihat di luar, tidak sama dengan yang terjadi di dalam.  Keadaan ini dikenal dengan istilah mimpi.  Marco memimpikan sesuatu.  Ada kejadian lain yang terjadi di alam bawah sadarnya.  Terkadang kejadian itu terbawa sampai dia bangun.  Kadang terlupakan. Yang pasti itu tidak begitu mengerikan.  Karena tidak sampai menimbulkan gejala shock yang sudah pasti akan terlihat oleh Adam yang sudah seharian mengawasi orang yang entah kenapa, walau baru dikenalnya ini, tapi sudah membuatnya sangat tertarik ini.

Sesekali bahkan Adam melap butiran keringat sangat kecil yang muncul di dahi Marco.  Tentu saja dilakukan dengan lembut, penuh kasih sayang.  Seakan takut menodai kening sangat indah laki-laki yang tertidur pulas di depannya.

Wajah indah yang lelah, demikian bathin Adam. Dikecupnya perlahan pipi kiri Marco.  Kemudian dibenarkannya lagi posisi bed cover yang sebenarnya tidak perlu.

Tiba tiba telepon di rumah itu berbunyi.

Adam bimbang.  Apakah harus membangunkan Marco yang kelihatan sangat pulas dan damai dalam tidurnya….?

Diputuskannya membiarkan saja telepon masuk itu.

Gantian selular Marco yang menyanyikan lagu Annie Lennox, a whiter shade of pale…

Adam merinding sendiri mendengar lagu yang agak agak magis itu.  Namun dia membiarkan saja selular itu sampai diam sendiri.  Marco sama sekali tidak terlihat terganggu.  Masih tidur dengan pulasnya.

Lalu telepon rumah berdering lagi.

Kali ini diputuskan Adam untuk mengangkatnya.  Mungkin ini penting.  Dari kerjaan di kantor Marco mungkin. 

“Hallo….”

“Marco…..”

“Bukan pak…. Saya saudaranya….”

“Oh maaf, selamat siang, apa bapak Marco ada?”

Ada pak, tapi Marco sedang sakit.  Saat ini sedang berbaring di kamar….”

“Oh, ok kalau begitu…. “

“Kalau boleh tahu, ini dari mana ya…?”

“Saya dari kantor tempat pak Marco bekerja”

“Oke….”

“Saya Rudi, bawahan bapak.  Tadi kebetulan ditanya personalia.  Dari pagi pak Marco tidak kelihatan.  Kemarin juga tidak masuk.  Tidak ada kabar sama sekali.  Ini hari kedua…”

“Oh iya, maaf pak, saya tidak tahu harus mengabarkan dimana.  Tapi memang marco sedang berbaring di kamar.  Sakit dari kemarin.  Kebetulan saya yang menjaganya…”

“Ok pak, gapapa….. selamat siang….”

“selamat siang…..”

Telepon ditutup.

Adam ke kamar lagi.  Bukan harus, tapi memang entah kenapa, dia ingin disisi Marco saat ini.  Bukan untuk menikmati keindahan sosok ini, tapi memang ada panggilan untuk menemaninya.

Saat dia masuk ke kamar, dilihatnya Marco sudah duduk di ujung ranjang.

Tatapannya kosong ke lantai.

Bau bangkai…. Sangat menyengat.

Adam bergegas mendekati.  Marco diam saja….

Mengendus.  Ternyata baunya datang dari jendela kamar yang sudah terbuka.  Marco yang membukanya barangkali.

“Bau mas…..”

Yang ditanya diam saja.  Adam melongokkan kepalanya ke luar jendela.  Dilihatnya kandang anjing dengan isinya yang sudah kaku.

“Oh….. anjingmu mati mas……”

Marco tak bergeming.

Adam bergerak mencari-cari jalan menuju samping.  Ternyata dari jalan belakang.  Menyiapkan karung yang didapatnya digudang.  Sambil menutup hidungnya dengan sapu tangan handuk yang dililitkan sekenanya.

Bukan main baunya.

Adam bergerak cepat.  Dengan sarung tangan karet yang didapatnya di rak-rak alat-alat gudang.  Dimasukkannya bangkai anjing itu ke dalam karung.  Membungkusnya dengan cekatan.  Mengikatnya dengan tali sekuatnya. 

Lalu menyeret karung itu ke halaman belakang.  Untung ini bukan anjing dengan ukuran besar.  Ukurannya hanya sebesar dua kali ukuran kucing paling gemuk yang bisa kau bayangkan.

Di halaman belakang.  Adam mencari-cari cangkul.  Untungnya ada.  Marco ternyata suka berkebun juga.  Ada beberapa tanaman eksotis tropis di halaman belakang.  Juga ada beberapa bonsai cemara laut dan asam jawa.  Adam mulai memilih tempat.

Ah, di sudut halaman belakang sebelah kiri.  Ada tanah yang masih kosong.  Dan kelihatannya tanahnya tidak begitu keras.  Adam mulai mencangkul. 

Sepuluh cangkulan, keringatnya mulai bercucuran.  Adam merabah pinggangnya yang mulai pegal.  Menatap tanah yang tercangkul hitam.  Tanah yang jenisnya pasti sangat subur untuk ditanami apa saja.

Menggali lagi beberapa saat.

Sampai tergali cukup untuk bangkai si anjing.  Hati-hati Adam menaruh bangkai dalam karung itu ke dalam lubang yang baru digalinya.

Ah, buset…. Masih kurang panjang….. gerutunya dalam hati.

Lalu bangkai itu diangkatnya lagi.  Dan mulai mencangkul lagi.  Kali ini dengan cangkulan yang kuat dan dalam.  Sampai dirasa pas.

Pas…..

Adam meletakkan bangkai anjing itu dalam diam.

Apa yang membuat anjing ini mati…?

Akhirnya pertanyaan itu muncul di kepalanya, saat cangkul digunakan untuk menyekop tanah-tanah bekas galian untuk menutupi kuburan si anjing. 

Tak mungkin karena tidak diberi makan.  Tadi di kandang masih banyak makanan anjing di baki nya.  Tidak ada bekas luka sama sekali.  Pasti ada apa-apanya disini.  Dan kegilaan Marco.  Lalu kursi di ruang tamu yang bergerak sendiri itu…. Ah, itu hanya perasaanku saja…. Tidak ada apa-apa.  Mungkin anjing ini sudah tua.  Apakah benar anjing ini sudah tua…? Hmmm, aku tidak begitu tahu soal anjing sayangnya.  Dan, seingatku kemarin waktu pertama kali kemari, tidak ada tanda tanda ada anjing ini sama sekali.  Apakah saat itu anjing ini sudah mati…?

Mungkin begitu, soanya baunay sudah sangat menyengat.  Oh iya…. Semut-semut juga sudah banyak.  Bisa jadi memang anjing ini sudah mati beberapa hari.

Jadi kemana saja Marco…? Masa dia tidak tahu anjingnya mati…?

Ah…. Dia sedang gila kan…? Benar juga.  Kegilaan sesaaatnya ini.  Menjaga dirinya tetap selamat saja dia hampir tak bisa.  Bagaimana pula bisa menjaga keselamatan anjinya…?

Kegilaan sementara…? Siapa tau ini kegilaan permanen.

Rasanya tidak.  Kemarin pas ketemu dia sangat normal.  Aku sudha lama mengamati facebooknya.  Cukup normal, walau penuh basa-basi.

Lalu kenapa si anjing sampai mati…? Dan Marco tak mengetahuinya….? Bianya laki-laki yang memelihara anjing akan sangat sayang pada binatang ini.  Dan, kalau melihat rumah dengan pekarangan lumayan luas ini.  Agak aneh juga bila anjing ini dipelihara dalam kerangkeng. 

Mungkin karna aku mau kemari, makanya supaya tidak bikin ribut anjing ini dimasukkan ke kandangnya.  Ah, justru seharusnya anjing ini dilepas, rumah ini cukup luas.  Dan tidak ada masalah bagi Marco agaknya untuk membiarkan anjing ini masuk ke rumahnya.  Anjing ini cukup bersih.  Dan salib-salib di dinding itu, sudah jelas Marco bukan Muslim.

Jadi apa….? Mengapa anjing ini mati….? Tuakah…?

Lebi jauh lagi, mengapa anjing ini dikandangkan….? 

Aneh… benar-benar aneh….

Dan tiba tiba Adam merasakan bulu kuduknya berdiri, diikuti dengan seperti perasaan adanya hembusan angin dingin di tengkuknya.

Adam masuk kembali ke rumah.  Mencuci sarung tangan karet yang tadi dipakainya.  Lalu meletakkannya supaya kering di tempatnya.  Lanjut mencuci tangannya sendiri sampai bersih.

Dan sudah tak sabar untuk melihat Marco.

Yang saat pintu kamar dibuka Adam, Adam terbelakak melihat Marco yang sudah talanjang bulat berbaring tengkurep di atas ranjang.  Adam menelan ludah.  Bagaimanapun benjolan kedua bongkah pantat Marco memang susah untuk dicari tandingannya.  Pantat itu tebal montok serta berbulu.

Dan sangat bersih.  Adam sudah melihatnya.  Putih kenyal.  Tidak seperti pantat pantat yang pernah dilihatnya, menghitam di sela-sela paha atau di belahan kedua belah pantat.  Pantat Marco putih bersih.  Lubang pembuangannya juga merah cerah.  Membuat Adam tak segan segan menjilati lubang pantat itu.

Adam tak bisa menghindari.  Kejantanannya bergerak sendiri.

Adam mendatangi.

Menunggu saat purnama.  Purnama yang akan membuat pasang naik sampai ke kepala.  Memperhatikan bdan telanjang itu lagi.  Adam bergerak menutup pintu. 

Jendela sudah tertutup.  Bau bangkai yang tadinya menyengat juga sudah tak ada. 

Bagaimana bisa bau bangkai semenyengat itu hilang begitu saja…?.

Tapi pikiran seperti itu ditepisnya. 

Adam mendekati Marco.

Marco membalik badan mengetahui kedatangan Adam.  Dan tersenyum…

“Sini bang…..” panggil Marco mengajak Adam duduk di sebelahnya.

“Eh…..” kikuk…. Dipanggil Bang, bagus juga….

Adam naik ke ranjang, duduk di ranjang.  Tepat di selah tubuh telanjang indah Marco.

“Terima kasih ya….” Marco mengecup pipi Adam….

Adam terdiam kikuk.  Tak bisa menyembunyikan lagi kejantanannya yang mulai merontah-rontah.  Marco tersenyum.  Sangat tampan dan manis sekali.

“Kamu sudah baikan mas….” Adam gantian mengecup pipi Marco.

“Aku hanya lelah bang…..” Balas Marco pelan.

“Oh… syukurlah…. Kamu masih harus istirahat mas….”

“Aku ingin tidur memeluk abang…..” Marco memeluk Adam….

Adam menahan nafas… Takut kulitnya terbakar barangkali.  Dan benar.  Sentuhan Marco benar-benar membakar.

“Bang…..  “ Marco menatap mata Adam. “Rasanya aku mencintaimu….”

Adam tercekat.  Bagaimana ini.  Apakah aku juga cinta.  Aku sayang padanya memang benar….

Adam menatap mata Marco. “Pikirkan lagi sayang….  Aku, eh….. tak apa-apa panggil mas sayang…?”

Marco menjawabnya dengan kecupan panjang.  Adam membalasnya.  Tak kuasa menahan lagi.  Api memang sudah membakar dari tadi.  Tinggal menunggu wkatu untuk menjadi debu.

Marco melucuti pakaian Adam.  Menjilati dada bidang yang masih berkeringat dan asin itu.  Adam diam menggelinjang hebat.  Sampai satu persatu pakaiannya dilepas Marco.  Sampai Adam sama telanjangnya dengan Marco.

“Sayang….. aku ingin kamu disisiku terus….” Bisik Marco diantara sedotan-sedotan yang dilakukannya pada batang kejantanan Adam yang sudah menerobos ke dalam dirinya.

“Aku akan sayang…..” bisik Adam sambil menekan ke bawah dengan buasnya.

“Aku cinta kamu sayang…..”

“Ahhhh…. Aku juga sayang…..”

“Kamu tinggal di rumahku saja ya…. Temani aku….”

“Aku tak keberatan sayang…. Tapi….. tapi……”

“Tapi apa……”

“Tapi ini enak sekali sayang…….. ahhhhhh….. “

Marco memeluk Adam lebih erat.  Lalu memiting badan itu, membantingnya perlahan dengan cinta kasih.  Kini dia menduduki Adam yang hampir hampir tak berdaya….

“Kalau begini…..”

“ahhhh….. ini lebih enak lagi sayang……”

“Kamu akan menemaniku sayang……?”

“Iya sayang….. ahhhhh…. Sampai kau bosan…..”

“Aku tak akan bosan denganmu…. Aku cinta kamu…..”

“Aku juga….”

Dan saat itu keduanya sama sama orgasme…..

“Aku keluar sayang……”

“Aku juga…..”

Saling dekap. Saling lumat…. Saling cinta mungkin….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar